Tidak cukup hanya menolak pemulihan kewarganegaraan berdasarkan ‘kecurigaan’ menghindari layanan militer.

Perselisihan Tentang Pemulihan Kewarganegaraan dan Pengecualian dari Wajib Militer

Setelah kehilangan kewarganegaraan Korea-nya akibat memperoleh kewarganegaraan asing, seorang pria mengajukan permohonan untuk mendapatkan kembali kewarganegaraannya namun ditolak dengan alasan menghindari wajib militer. Ia berargumen bahwa keputusan ini tidak adil dan memutuskan untuk mengambil tindakan hukum. Namun, bagaimana kita menentukan apakah niatnya memang untuk menghindari kewajiban militer? Berikut adalah ulasan mengenai putusan terbaru dari Pengadilan Administratif Seoul.

Ringkasan Kasus: Permohonan Pemulihan Kewarganegaraan Setelah Memperoleh Kewarganegaraan AS

Lahir pada tahun 1986, Bapak A memulai perjalanan studi ke luar negeri pada September 2002 saat berusia 16 tahun, menyelesaikan sebagian besar pendidikannya di luar negeri, termasuk di AS. Pada Juli 2022, saat berusia 36 tahun, ia memperoleh kewarganegaraan AS, sehingga kehilangan kewarganegaraan Koreanya. Namun, hanya lima bulan kemudian, di bulan Desember 2022, Bapak A mengajukan permohonan kepada Kementerian Hukum untuk pemulihan kewarganegaraan.

Pada bulan Oktober tahun berikutnya, kementerian menolak permohonannya, dengan alasan “tujuan untuk menghindari wajib militer” dan “syarat yang tidak mencukupi.” Bapak A mengajukan banding terhadap keputusan ini di Komisi Banding Administratif Pusat, tetapi bandingnya ditolak, yang membuatnya melanjutkan masalah ini ke litigasi administratif.

Isu Utama: Apakah Kehilangan Kewarganegaraan untuk Tujuan Menghindari Wajib Militer?

Argumen Kementerian Hukum

Kementerian berpendapat bahwa Bapak A kehilangan kewarganegaraannya dengan niat untuk menghindari kewajiban militernya, sehingga menganggap permohonan pemulihan kewarganegaraan tersebut tidak pantas.

Argumen Pembelaan Bapak A

Dalam pembelaannya, Bapak A menyatakan bahwa ia sudah dibebaskan dari wajib militer sejak tahun 2022. Ia mengatakan bahwa tidak ada niat untuk menghindari kewajibannya dan menyatakan rencananya untuk memenuhi kewajiban militer melalui layanan masyarakat bahkan setelah mendapatkan kembali kewarganegaraan.

Putusan Pengadilan: Kecurigaan Kuat Terhadap Penghindaran Diperlukan untuk Penolakan

Dalam putusan yang mendukung Bapak A, Pengadilan Administratif Seoul memerintahkan pembatalan keputusan Kementerian Hukum untuk menolak pemulihan kewarganegaraan. Pengadilan mendasarkan keputusannya pada beberapa poin penting:

  • Bapak A telah dibebaskan dari wajib militer sejak 1 Januari 2022.
  • Masa tinggalnya di luar negeri bukan karena usaha menghindari wajib militer, melainkan penundaan.
  • Yang terpenting, ia secara jelas menyatakan kesediaannya untuk memenuhi kewajiban militer pada saat permohonan kewarganegaraannya.
  • Tindakan memperoleh kewarganegaraan asing tidak secara otomatis menunjukkan niat untuk menghindari wajib militer.
  • Pengadilan menekankan bahwa tanpa bukti yang kuat mengenai niat penghindaran, pemulihan kewarganegaraan tidak dapat ditolak. Memiliki “kecurigaan samar” saja tidak cukup untuk membenarkan tindakan administratif.

Apa yang Harus Dilakukan Oleh Mereka yang Menghadapi Situasi Serupa?

Putusan ini berfungsi sebagai pedoman penting bagi individu yang mempertimbangkan pemulihan kewarganegaraan dalam keadaan serupa. Sangat penting untuk menyiapkan dokumentasi pendukung yang substansial ketika mengajukan permohonan pemulihan kewarganegaraan, termasuk:

  • Konfirmasi pembebasan dari wajib militer pada saat kehilangan kewarganegaraan.
  • Tujuan tinggal di luar negeri (seperti belajar atau mendampingi keluarga).
  • Pernyataan jelas tentang niat untuk memenuhi kewajiban militer setelah mendapatkan kembali kewarganegaraan.
  • Hubungan nyata dengan Korea (seperti tempat tinggal orangtua, kepemilikan properti, atau pendidikan).

Mengingat sensitivitas seputar isu wajib militer dalam prosedur administratif, disarankan untuk mencari konsultasi ahli ketika berurusan dengan pemulihan kewarganegaraan, pen fromnya, atau masalah kewarganegaraan ganda. Saat mengajukan dokumen terkait kewarganegaraan, sangat penting untuk memberikan penjelasan menyeluruh tentang situasi seseorang dan mendukung klaim mengenai ketidakadaan niat untuk menghindari wajib militer dengan materi yang relevan.

Poin Penting

  • Pemulihan kewarganegaraan hanya dapat ditolak jika ada kecurigaan kuat tentang niat untuk menghindari wajib militer.
  • Sekadar memperoleh kewarganegaraan asing tidak cukup sebagai alasan untuk penolakan.
  • Waktu pengecualian dari wajib militer adalah faktor kritis dalam pengambilan keputusan.
  • Menyatakan niat untuk memenuhi kewajiban militer pada saat pemulihan kewarganegaraan merupakan aspek positif.
  • Keadaan individu dan konteks yang lebih luas harus dinilai secara menyeluruh.